Terima kasih kepada teman-teman yang telah berpartisipasi atas terselenggaranya Reuni Patbhe-1979 tahun 2009, terima kasih pula kepada teman-teman yang belum berkesempatan datang atas do'a kalian sehingga acara dapat berjalan dengan lancarBlog ini dimaksudkan sebagai sarana untuk "ngumpulne balung pisah" diantara alumni SMA 4Bhe Yogyakarta yang masuk tahun 1976 dan atau yang lulus tahun 1979

Senin, Juli 06, 2009

Keutamaan Takziyah


Minggu yang lalu, teman-teman Patbhe-1979ers, Tomeng, Iwan, Rio, Dyah, Wahyuni dan Fita mengunjungi kediaman Ibu Mawardi Rahimin untuk bertakziyah atas wafatnya bapak kita, Bapak Mawardi Rahimin rahimahullah pada tanggal 8 Juni 2009. Dalam takziyah itu juga diserahkan tali asih dari murid-murid beliau rahimahullah sebagai salah satu bentuk kepedulian kepada siapa saja yang sedang ditimpa musibah, apalagi kepada mantan pendidik yang telah berjasa membesarkan kita. (Terima kasih konco-konco patbhe-1979ers yang sudah berpartisipasi)

Sebenarnya apa sih keutamaan takziyah itu ?

Berikut kutipan mengenai KEUTAMAAN TAKZIYAH dari www.republika.co.od :

Takziyah berasal dari kata 'azza-yu'azzi yang artinya berduka cita atau berbela sungkawa atas musibah yang menimpa. Dalam konteks muamalah Islam, takziyah adalah mendatangi keluarga orang yang meninggal dunia dengan maksud menyabarkannya dengan ungkapan-ungkapan yang dapat menenangkan perasaan dan menghilangkan kesedihan.

Orang yang melakukan takziyah adalah mereka yang mampu merasakan kesedihan atau duka yang dialami saudaranya. Hal ini jelas termasuk dalam kategori amar ma'ruf nahi munkar yang merupakan salah satu fundamen ajaran Islam. Lebih dari itu, takziyah adalah aplikasi dari sikap saling menolong dan bekerja sama dalam kebaikan dan ketakwaan. Allah SWT berfirman, ''Dan saling menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan ketakwaan.'' (QS Al-Maidah:2)

Takziyah boleh jadi dianggap hal yang sepele oleh sebagian kalangan. Sikap seperti ini kemungkinan besar karena takziyah masih dianggap sebagai aktivitas yang kurang bermanfaat secara langsung dan cenderung hanya membuang-buang waktu. Akibatnya, banyak orang yang tidak melakukan takziyah, meski orang yang baru mendapatkan musibah itu berada di sekitar tempat tinggalnya.

Dalam pandangan Rasulullah SAW, takziyah mempunyai nilai dan keutamaan tinggi bagi yang melakukannya. Beliau bersabda, ''Tidaklah seorang Mukmin yang melakukan takziyah atas musibah yang menimpa saudaranya, kecuali Allah akan memakaikan untuknya permata kemuliaan pada hari kiamat.'' (HR Ibnu Majah dan Al-Baihaqi).

Dalam kehidupan modern yang didominasi oleh materialisme dan konsumtivisme, kedudukan takziyah menjadi sangat strategis. Melalui takziyah, derasnya pengaruh materialisme dan konsumtivisme itu bisa ditangkal. Kehidupan materialisme cenderung melupakan orang dari kematian. Paling tidak, dengan sering-sering takziyah, setiap orang menjadi ingat bahwa setiap manusia akan mati. Tak ada satu pun manusia yang bisa menolak kematian. Singkatnya, selain sebagai wujud hubungan baik antarmanusia, takziyah juga merupakan media untuk mengingatkan manusia terhadap sesuatu yang pasti, yaitu kematian.

Dengan sering melakukan takziyah, seseorang terdorong untuk ber-muhasabah (introspeksi) atas semua aktivitas yang telah dilakukannya. Semakin sering takziyah dilakukan, semakin kuat pula keyakinan akan datangnya kematian. Jika demikian, akan semakin tumbuh semangat mengisi hidup dengan perbuatan baik dan amal saleh. Pendek kata, takziyah adalah sumber inisiatif positif yang mengarahkan manusia menjadi hamba Allah yang saleh dan bertakwa.

Sebagai manusia, kita diperintahkan untuk selalu sadar bahwa kematian adalah sebuah kepastian. Apa pun yang kita cari dan usahakan hendaknya tidak melupakan kita dari kematian. Rasulullah SAW telah menunjukkan kepada kita bahwa takziyah adalah media efektif dalam meringankan beban sesama dan mengingat kematian. Kita tidak boleh segan meluangkan waktu sejenak untuk bertakziyah kepada saudara kita.

Senin, Juni 08, 2009

Bapak Mawardi Rahimin Meninggal Dunia

Bapak Mawardi....
Walaupun kepergianmu telah menyiratkan duka di hati kami
Namun karyamu tidak pernah kami lupakan sepanjang hari
Karena Allah-lah kita ada, dan karena Allah pula-lah kita tiada
Karya bapak merupakan amal shaleh yang akan bersaksi di Yaumul Qiyamah
Selamat jalan bapak,...percayalah, anak-anakmu akan selalu mendo'akanmu

Sabtu, Mei 09, 2009

In Memoriam : Ahpasena

Alkisah, di akhir bulan Pebruari 32 tahun yang lalu (1977), sekelompok anak muda pencinta alam patbhe-1979 merencanakan suatu ekspedisi pendakian puncak Gunung Merapi. Mereka itu diantaranya : Eko Nur Asmoro, Ichsan Efendi, Sentot Budi Raharjo, Priyo Tamtomo, Puguh Sasminto Basuki, Abdulrahman, Isnawan, Teguh Widodo, Agung Juhartono, Achmad Al Habsyi, Paulus Haryo Sulaksono, Arseno (11 orang). Beberapa teman yang lain menurut kabar juga ikut rembugan, diantaranya : Kananto, Unggul Santosa dan lain-lain, walaupun akhirnya mereka tidak jadi berangkat karena sesuatu sebab.

Akhirnya, hanya 11 orang itu saja yang berangkat menuju Gunung Merapi pada malam hari tanggal 29 Pebruari 1977. Menurut informasi, sebagian besar dari mereka belum punya pengalaman memadai untuk mendaki gunung. Rute yang mereka ambil seperti rute yang dilalui oleh para pendaki gunung lainnya.

Takdir manusia dari Sang Maha Pencipta sepertinya tidak mungkin dihindari, dirasakan, atau bahkan hanya sekedar diterawang oleh setiap anak manusia. Sebagian kecil anak-anak muda patbhe-1979 yang berusaha untuk memahami, menikmati dan merenungi kebesaran ciptaaan-Nya yang berupa keindahan alam Gunung Merapi, akhirnya dipanggil menghadap-Nya. Mereka adalah : Achmad Al Habsyi, Paulus Haryo Sulaksono dan Arseno. Jenazah mereka ditemukan di dasar kawah mati antara tanggal 1 - 3 Maret 1977.
Selamat jalan kawan..................

Untuk mengenang mereka, telah dipasang monumen kenangan yang sampai sekarang masih bisa di lihat di Gunung Merapi, tepatnya di Pasar Bubar, monumen itu dinamakan monumen AHPASENA (sesuai initial nama korban).

Berikut foto-foto hasil jepretan Bangkit Widiono alias Bengkie Sutimboel, rekan yang satu ini sampai saat ini masih rutin mendaki Gunung Merapi ( opo rangkap profesi dadi juru kuncine to Bengk...??!! ). Teman satu lagi yang masih ke Gunung Merapi (walaupun tidak se-rutin Bengkie) adalah Agus Suhakso (maklum, posisi nyangkul-nya di Banjarmasin). (terima kasih yo Bengk..foto-fotone)

Kawah Mati, di sinilah ditemukannya jenazah Ahpasena
Pasar Bubar, tempat berdirinya monumen AHPASENA

Monumen AHPASENA sebelum dipugar
Monumen AHPASENA setelah dipugar

Jumat, April 24, 2009

Motivasi : Ayahku Tukang Batu

Alkisah, sebuah keluarga sederhana memiliki seorang putri yang menginjak remaja. Sang ayah bekerja sebagai tukang batu di sebuah perusahaan kontraktor besar di kota itu. Sayang, sang putri merasa malu dengan ayahnya. Jika ada yang bertanya tentang pekerjaan ayahnya, dia selalu menghindar dengan memberi jawaban yang tidak jujur. "Oh, ayahku bekerja sebagai petinggi di perusahaan kontraktor," katanya, tanpa pernah menjawab bekerja sebagai apa.

Putri lebih senang menyembunyikan keadaan yang sebenarnya. Ia sering berpura-pura menjadi anak dari seorang ayah yang bukan bekerja sebagai tukang batu. Melihat dan mendengar ulah anak semata wayangnya, sang ayahnya bersedih. Perkataan dan perbuatan anaknya yang tidak jujur dan mengingkari keadaan yang sebenarnya membuatnya telah melukai hatinya.

Hubungan di antara mereka jadi tidak harmonis. Putri lebih banyak menghindar jika bertemu dengan ayahnya. Ia lebih memilih mengurung diri di kamarnya yang kecil dan sibuk menyesali keadaan. "Sungguh Tuhan tidak adil kepadaku, memberiku ayah seorang tukang batu," keluhnya dalam hati.

Melihat kelakuan putrinya, sang ayah memutuskan untuk melakukan sesuatu. Maka, suatu hari, si ayah mengajak putrinya berjalan berdua ke sebuah taman, tak jauh dari rumah mereka. Dengan setengah terpaksa, si putri mengikuti kehendak ayahnya.

Setelah sampai di taman, dengan raut penuh senyuman, si ayah berkata, "Anakku, ayah selama ini menghidupi dan membiayai sekolahmu dengan bekerja sebagai tukang batu. Walaupun hanya sebagai tukang batu, tetapi ayah adalah tukang batu yang baik, jujur, disiplin dan jarang melakukan kesalahan. Ayah ingin menunjukkan sesuatu kepadamu, lihatlah gedung bersejarah yang ada di sana. Gedung itu bisa berdiri dengan megah dan indah karena ayah salah satu orang yang ikut membangun. Memang, nama ayah tidak tercatat di sana, tetapi keringat ayah ada di sana. Juga, berbagai bangunan indah lain di kota ini dimana ayah menjadi bagian tak terpisahkan dari gedung-gedung tersebut. Ayah bangga dan bersyukur bisa bekerja dengan baik hingga hari ini."

Mendengar penuturan sang ayah, si putri terpana. Ia terdiam tak bisa berkata apa-apa. Sang ayah pun melanjutkan penuturannya, "Anakku, ayah juga ingin engkau merasakan kebanggaan yang sama dengan ayahmu. Sebab, tak peduli apa pun pekerjaan yang kita kerjakan, bila disertai dengan kejujuran, perasaan cinta dan tahu untuk apa itu semua, maka sepantasnya kita mensyukuri nikmat itu."

Setelah mendengar semua penuturan sang ayah, si putri segera memeluk ayahnya. Sambil terisak, ia berkata, "Maafkan putri Yah. Putri salah selama ini. Walaupun tukang batu, tetapi ternyata Ayah adalah seorang pekerja yang hebat. Putri bangga pada Ayah." Mereka pun berpelukan dalam suasana penuh keharuan.

Pembaca yang budiman,

Begitu banyak orang yang tidak bisa menerima keadaan dirinya sendiri apa adanya. Entah itu masalah pekerjaaan, gelar, materi, kedudukan, dan lain sebagainya. Mereka merasa malu dan rendah diri atas apa yang ada, sehingga selalu berusaha menutupi dengan identitas dan keadaan yang dipalsukan.

Tetapi, justru karena itulah, bukan kebahagiaan yang dinikmati. Namun, setiap hari mereka hidup dalam keadaan was was, demi menutupi semua kepalsuan. Tentu, pola hidup seperti itu sangat melelahkan.

Maka, daripada hidup dalam kebahagiaaan yang semu, jauh lebih baik seperti tukang batu dalam kisah di atas. Walaupun hidup pas-pasan, ia memiliki kehormatan dan integritas sebagai manusia.

Sungguh, bisa menerima apa adanya kita hari ini adalah kebijaksanaan. Dan, mau berusaha memulai dari apa adanya kita hari ini dengan kejujuran dan kerja keras adalah keberanian!

Salam Sukses Luar Biasa!!!!

Andrie Wongso

Kamis, April 16, 2009

Small Reuni - Jakarta, 11 April 2009 (2)

(Sorry.....cerita bersambungnya belum jadi, sabar yaa.......???!!, sementara dokumentasinya dulu)

Senin, April 13, 2009

Small Reuni - Jakarta, 11 April 2009 (1)

Bulan April 2009 termasuk bulan yang paling banyak hari libur yang berurutan, ini terutama disebabkan oleh tanggal pemilu anggota legislatif yang jatuh tanggal 9 April 2009 (Kamis), yang dinyatakan sebagai hari libur nasional, dilanjutkan tanggal 10 April 2009 sebagai hari wafat Nabi Isa (Jum’at) serta libur akhir pekan Sabtu dan Minggu, total ada 4 hari libur yang berurutan.

Bermula dari libur panjang ini, Q-Lurah dan Edi Susilo merancang pertemuan teman-teman patbhe-1979ers di Jakarta. Patbhe-1979ers yang berdomisili di Jabodetabek ternyata jumlahnya cukup banyak. Waktupun sudah disepakati hari Sabtu, 11 April 2009, Abdulrahman “Onta” menawarkan rumahnya untuk tempat pertemuan. (terima kasih Rahman…!!)

Undanganpun “disebar”, baik via milis, blog patbhe-1979, telpon maupun SMS. Ada yang langsung me-respon undangan, baik via email, telpon maupun SMS. Oso, via email menyatakan pada tanggal itu sedang di luar Betawi. Ary Gunawan, via SMS bilang nggak bisa hadir karena mudik. Heroe San telpon2-an, juga nggak bisa, setelah nyontreng mau nyambangi orang tua di Yogya. Agung Djuhartono telpon, pamit mau ke Solo. Andi Zaenal nggak bisa karena “nyoblos dan nyontreng” di Yogya. Basuki tak telpon masih pikir-pikir bin ragu-ragu karena pas ada kegiatan, Gunawan Hendro juga sami mawon. Wuriyanto pilih nyontreng di Bali. Indriati tidak kasih kabar apa-apa..... (sing penting Q-Lurah wis usaha...). L Budiharjo juga cuma tanya di chat-box "Q lurah.....daerah KemangTimur nggone den bagus Rahman iku yen saka Tol Kemang ke arah Bekasi ancer2-e apa yoo Q lurah ??? Next Info". Setelah itu, wes..ewes...ewes...bablas angine.. (sibuk dadi Panwaslu yo Bud...!!!).

Akhirnya, 3 hari sebelum hari-H, terkumpullah nama teman-teman yang menyatakan bisa hadir dengan tingkat kemungkinan > 80% : Subarjono, Abdulrahman, Kananto, Edi Susilo, Agus Sugiono, Sri Widayati, Prima Evita, Sentot, Moh Lisdi, Steve Ari, Wiratno, Endang Sri Sulistyani (Annie), Danang Baskoro, Dede Rukasa, Wikanti, Sri Hendrati, Endang Sirikit, Rio Widiharso dan Dyah Probowati.

Dua hari menjelang Hari-H sampai dengan satu jam menjelang Jam-J, beberapa teman mulai “mrotoli”. Agus Sugiono, ngantar sang istri ke dokter syaraf, katanya tulang belakangnya nggeser sehingga syaraf bagian belakang “terjepit” (Gus..!!!, kamu apakan istri kamu.., ojo nemen-nemen to,…mbok yang slow saja…!!). Moh Lisdi kirim SMS, anaknya yang kuliah di mBandung jatuh dari motor (Duhhh..!! mbok ya yang ngati-ati to nak..!!). Steve Ary, katanya “disandera” anaknya di Lembang (Ry..!! ojo lali santene, nek reuni nggowo maning yo…!!). Wikanti, kirim SMS mengabarkan kalau adik kandungnya meninggal dunia (Ikut belasungkawa.., mudah2-an meninggal dalam kondisi khusnul khotimah). Sri Hendrati juga kirim SMS, mendadak ada acara keluarga di nDepok. Wiratno, Dede Rukasa dan Danang Baskoro tidak memberi kabar (he..he..he..kecapekan jadi Panwaslu atau petugas KPPS, kalee….?? Anyway…., lain kali datang ya….?). Endang Sirikit juga cuma minta di-SMS-kan daftar nama-nama yang mau datang, setelah itu tidak ada kabarnya (kemana dikau mbak Endang….???). Dyah Probowati, dengan alasan “ora ono koncone sing seko Ngayogyokarto”, akhirnya nggak jadi berangkat juga (padahal kalau ke tanah Papua sendirian berani lho…!!!,…apa karena daya tarik KOTEKA ya…sehingga Dyah berani berangkat sendirian sampai terdampar berminggu-minggu di Papua…???).

Anyway, kita semua mengerti dan memahami kalau teman-teman yang akhirnya nggak bisa hadir itu semata-mata karena hal-hal yang berada di luar kemampuannya. Toh kesempatan ketemuan masih buanyaaaaaak………jok kuatir..
(Bersambung)

Rabu, April 08, 2009

Kumpul-kumpul patbhe-1979ers di Jakarta

Mengundang rekan-rekan patbhe-1979ers yang berdomisili di Jabodetabek dan sekitarnya, maupun di mana saja berada yang kebetulan mau datang atau sedang berada di Jakarta, untuk hadir pada acara kumpul-kumpul santai, informal, gayeng-gayengan, guyon-guyonan, pada :
Hari/Tanggal : Sabtu, 11 April 2009
Jam : 10.00 - selesai
Tempat : Rumah Abdulrahman (Rahman)
Jl.Kemang Timur V/39, Jakarta Selatan

Denah rumah Abdulrahman dapat di-download di sini (PowerPoint), atau bisa juga dilihat dari Wikimapia di sini (setelah link terbuka, letakkan cursor di tengah-tengah screen), atau lihat di Google Map di bawah ini (peta satelitnya bisa digeser-geser, diperbesar/diperkecil. Rumah Abdulrahman di pojok, halaman luas, posisinya berseberangan secara diagonal arah kiri atas dengan Spring Hill Golf Residences):



Lihat Peta Lebih Besar