Terima kasih kepada teman-teman yang telah berpartisipasi atas terselenggaranya Reuni Patbhe-1979 tahun 2009, terima kasih pula kepada teman-teman yang belum berkesempatan datang atas do'a kalian sehingga acara dapat berjalan dengan lancarBlog ini dimaksudkan sebagai sarana untuk "ngumpulne balung pisah" diantara alumni SMA 4Bhe Yogyakarta yang masuk tahun 1976 dan atau yang lulus tahun 1979

Senin, Februari 16, 2009

Dokumentasi Ulang Tahun FPI (Fita, Pratiwi, Iding)

Tanggal 31 Januari 2009 yang lalu, Fita, Pratiwi dan Iding mengadakan acara bersama dalam rangka mensyukuri nikmat Allah SWT, karena dengan bertambahnya umur (eiiittt..!! jangan lupa..., sekaligus berkurangnya umur 1 tahun juga lho...!!), mereka masih dikaruniai kesehatan, kekuatan dan limpahan nikmat lainnya.

Yang bertindak selaku EO (sEneng repOt) dalam acara ini siapa lagi kalau bukan Wahyuni, Nyai Lurah sekaligus wanita KARIR (KAkehan wiRa wIRi) yang satu ini dikenal entengan tangan ngurusin konco-konco Patbhe-1979.

Hadir dalam acara itu : Fita, Pratiwi, Iding, Wahyuni, Dyah, Tomeng, Rio, Imun, Hendi, Empu, Sri Miyati, Iwan Subroto, Elza "TRENGGINAS" Ismail, Maryanto, Dwi Fatmaningrum dan Lusi.
Selamat untuk FPI, Bravo Patbhe-1979...!!!!!

[1]. Untuk mengetahui judul foto, letakkan kursor di atas foto bersangkutan [2]. Untuk memperlambat, menghentikan atau mempercepat slideshow, klik icon masing-masing bertanda (-),() atau (+) pada bagian kiri bawah slideshow

Sabtu, Februari 14, 2009

Wedang Uwuh

Bermula dari “iming-iming” Iding (dr.Setyo Wandito SpA) di shoutbox kepada Wahyuni dan Tomeng (Sumaryono) untuk nyoba wedang uwuh (selanjutnya disingkat WU saja yach..!!), tim redaksi blog Patbhe-1979 merasa perlu untuk menurunkan tulisan mengenai WU. Soalnya apa ? Kita yakin banyak teman-teman yang sejak selesai kuliah di Yogya terus merantau ke luar, banyak yang belum tahu apa itu WU (he..he..he.., tentunya termasuk Lurahe BLOG). Waktu sekolah dulu memang sama sekali belum nyoba atau bahkan belum dengar yang namanya WU, yang aslinya dari Imogiri, tempat makam raja-raja Mataram Ngayogyokarto Hadiningrat.

Asal-Usul

Wedang berarti minuman, Uwuh berarti sampah….!!. Jadi, kalau diterjemahkan secara letterlijk, berarti minuman sampah. Secara visual mungkin benar karena WU berbahan baku dari bermacam-macam tumbuhan yang dicampur dalam satu seduhan. Secara substansial berbeda dengan makanan yang dikategorikan junk-food (makanan sampah, suatu pengkategorian untuk makanan cepat saji ala Amrik) karena WU ini bisa dikategorikan sebagai minuman yang justru menyehatkan badan, berbeda dengan junk-food.

Konon, WU berasal sejak dari jaman Sultan Agung. Ketika itu, baginda Sultan Agung bersama-sama para punggawanya sedang mencari lokasi makam yang pas untuk keluarga kerajaan. Setelah mencari beberapa alternatif, terpilihlah Bukit Merak di Imogiri sebagai lokasi makam. Penetapan lokasi ini dilakukan setelah Sultan Agung melakukan semacam khalwat (nenepi) dalam waktu cukup lama, untuk mohon petunjuk kepada Yang Maha Kuasa. Pada suatu hari Sultan Agung memerintahkan seorang abdi dalem untuk membuatkan minuman yang dapat menghangatkan badannya dari terpaan hawa dingin Bukit Merak. Abdi dalem tersebut akhirnya membuat minuman berbahan dasar tumbuhan secang (wedang secang) dan menyajikannya dalam sebuah gelas, serta meletakkannya di sebuah meja kecil. Sementara itu, Sultan Agung masih terus melakukan khalwat-nya di bawah pepohonan. Karena terpaan angin di Bukit Merak yang kencang malam itu, beberapa ranting dan daun dari bermacam-macam pepohonan di situ secara kebetulan jatuh ke dalam gelas. Beberapa saat kemudian, Sultan Agung mendatangi gelas yang berisi wedang secang. Karena malam itu sangat gelap gulita, beliau tidak menyadari kalau gelas wedang secang sudah tercampur dengan daun dan ranting yang berguguran diterpa angin malam….. akhirnya beliau meminumnya. Pagi harinya, Sultan Agung memanggil abdi dalemnya dan mengatakan bahwa wedang secangnya jauh lebih enak, lebih menghangatkan badan dan berkhasiat dibandingkan wedang secang yang biasanya dibuat. Abdi dalem akhirnya mengetahui, tumbuhan apa saja yang telah masuk ke dalam gelas sehingga membuat minumannya lebih enak dan berkhasiat.

Barangkali dari peristiwa itulah asal mulanya konsep minuman yang berasal dari bermacam-macam tumbuhan yang mengilhami istilah WU.

Campuran dan Khasiat
Minuman khas Imogiri ini memang tidak ada duanya, di daerah lain barangkali tidak akan menemukannya. Soalnya minuman ini terdiri dari campuran rempah-rempah dalam satu ramuannya : daun pala, daun kayu manis, daun cengkeh, batang cengkeh, jahe, secang dan gula batu. Berbagai macam rempah-rempah itu kemudian diseduh dengan air panas dan disajikan dalam porsi satu gelas. Karena penyajiannya itulah maka minuman ini dinamakan WU. Resep yang dibuat turun temurun ini dahulu dinamakan wedang jahe cengkeh.

Khasiat minuman ini diantaranya : menyembuhkan batuk ringan, pegal-pegal, perut kembung dan masuk angin. Mengenai rasanya, hampir mirip sekoteng namun aroma rempah-rempahnya lebih terasa. Tampilan WU ini cukup menarik, berwarna merah muda alami yang didapat dari seduhan tumbuhan secang.

WU banyak dijual di warung-warung sepanjang jalan menuju makam raja-raja di Imogiri (ada sekitar 20 warung). Harga per porsi jika diminum di tempat sekitar Rp. 1500 , kalau dalam kemasan dijual seharga Rp. 1000 (seribu perak saja !!). Kalau ingin membeli dalam kemasan dan menyeduh sendiri, semua bahan (kecuali gula batu tentunya), harus dicuci lebih dahulu. Setelah diseduh dengan air panas, diaduk pelan-pelan saja supaya gula batu tidak mencair sekaligus sehingga bisa diseduh/ditambah air panas sampai tiga kali. Waktu paling tepat menikmati WU adalah ketika cuaca dingin, misalnya malam atau pagi hari.

Letak Imogiri beserta warung-warung yang menjual WU dan makam raja-raja Mataram Ngayogyokarto Hadiningrat dalam Wikimapia dapat dilihat disini.

Kalau mau pesan WU dalam kemasan, bisa menghubungi : (sorry…, ini
bukan iklan lho..!!)

Ibu Puji Lestari/Bambang Sugiharyono
Alamat : Pajimatan, Girirejo, Imogiri, Bantul, Yogyakarta 55782
No HP : 0274-9290850/0813-28014763

Mbak Purwanti
No. HP : 0878-38268542

Mbah Sudi
No. HP : 0818-02705771

Ramuan WU dalam kemasan

Memasukkan ramuan WU dalam kemasan

Kamis, Februari 05, 2009

Gudeg Pawon


Gudeg….??? Ya, itulah salah satu ciri khas kuliner kota Yogya yang paling tua. Banyak warung gudeg bertebaran di seantero kota Yogya dan sekitarnya, dimulai dari Yogya sebelah utara di dekat kampus UGM (gudeg “Yu Djum”, Bu Ahmad dll) sampai ke selatan, yang tersohor adalah gudeg Wijilan di sebelatan plengkung Wijilan (Jl.Wijilan). Di jantung kota, seperti dekat pasar Kranggan ada gudeg Juminten yang cukup tua usianya. Lalu ke arah Solo dekat bandara Adisucipto ada gudeg Bu Tjitro yang penyajiannya lebih “elit”. Rata-rata warung gudheg menyajikan konsep penjualan yang tidak jauh beda dengan jenis makanan lain, yaitu dimakan di tempat atau dibungkus di bawa pulang. Tempat usahapun sama, berbentuk warung/rumah makan dengan meja kursi ataupun lesehan, baik indoor atau outdoor (di trotoar jalan).

Lantas, apa keunikan Gudeg Pawon ? Apa bedanya dengan yang lain ?
Di dalam ilmu marketing, ada istilah diferensiasi, baik diferensiasi produk, pelayanan penjualan dan lain-lain. Gudeg Pawon memilih diferensiasi pelayanan penjualan sebagai ciri khasnya.

Pertama, ini ciri yang paling utama sesuai dengan namanya “Gudeg Pawon”, sambil duduk di kursi plastik/lincak bambu seadanya maupun berdiri, pengunjung dapat menyantap hidangan di dalam dapur (jawa=”pawon”) sekaligus melihat-lihat aktivitas mbah-mbah melayani pengunjung atau memasak dengan tungku berbahan bakar kayu. Kalau pengunjung merasa pengap dengan asap tungku, bisa keluar dan duduk di kursi yang disediakan. Kebersihan “pawon”-pun cukup terjaga dengan baik, untuk ukuran dapur masak di kampung masih cukup rapi walaupun dinding dapur berwarna agak kusam akibat asap tungku. Nuansa “pawon” jadi begitu semakin terasa ketika kita menengadah ke atap tanpa langit-langit/plafon, jelaga asap tungku berwarna hitam menempel pada kuda-kuda plafon. Tungku memasak maupun “dandang” dan kukusannyapun bergaya klasik tempoe doeloe. Barangkali karena bukanya malam hari dan pencahayaan di dalam pawon hanya secukupnya saja, kesan pawon yang kusam bisa dikurangi.

Ada cerita unik mengapa dinamakan “Gudeg Pawon”. Konon penjual gudeg sejak tahun 1958 ini dulunya adalah penjual gudeg keliling. Karena rasanya yang sangat lezat, para pembeli tidak sabar menanti lewatnya penjual gudeg keliling ini, sehingga akhirnya mereka langsung mendatangi dapur tempat pembuatannya untuk membeli gudeg secara langsung. Kebiasaan itulah yang akhirnya mengilhami nama “Gudeg pawon” sampai sekarang.

Kedua, Gudeg Pawon merupakan salah satu kuliner dini hari karena buka mulai jam 23.30 sampai jam 05.00 pagi. Tetapi seringkali jam 01.00 pilihan menunya sudah tidak komplit lagi (kadang-kadang daging ayam atau sambal goreng krecek sudah habis, tinggal telur ayam saja).

Ketiga, lokasi, posisi warung Gudeg Pawon boleh dibilang masuk gang kecil, kira-kira masuk sejauh 20 meter dari jalan kampung (Jl.Janturan), secara umum mudah terjangkau walaupun agak tersembunyi. Tidak ada satupun papan nama di pinggir jalan kampung, satu-satunya tanda adalah deretan kendaraan roda 4 dan roda 2 yang diparkir di pinggir jalan kampung (Jl.Janturan). Ancar-ancarnya, dari Jl. Kusumanegara pada pertigaan di depan Toserba Pamela belok ke selatan (Jl.Janturan), setelah melewati kampus Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY, Kampus 3) dan sebelum Universitas Ahmad Dahlan (UAD), maka anda akan menemukan sebuah gang kecil yang di depannya banyak diparkir kendaraan.
Untuk teman-teman patbhe-1979 dan keluarga, kalau mau mencoba Gudeg Pawon bisa kontak dulu ke Wahyuni, kebetulan lokasinya dekat rumahnya,...dan dengan senang hati dia mau koq jadi guide....he..he..he...!!
Harganya ……??? Woooow lumayan murah, silahkan dicoba sendiri…, Rp 50ribuan untuk empat orang masih ada uang kembaliannya koq !!

Warga patbhe-1979 (Wahyuni, Barjono, Toni Rifiyanto dan Dyah) sekitar awal Desember 2008 yang lalu sempat mampir ke Gudeg Pawon. Komentarnya…??? mak nyuusss tenan……!!!!. Karena keunikan dan cita rasanya yang khas, tidak heran kalau Pak Bondan Winarno juga pernah ke sini.

Peta lokasi menuju Gudeg Pawon (kalau mau lihat yang lebih jelas, bisa lihat dengan foto satelit dari Google Map, klik disini , posisi Gudeg Pawon di tengah-tengah bidang foto satelit dengan tanda [+]).


Pintu masuk menuju pawon (dapur) terlihat dari luar

Kalau mau makan, antri dulu.....!!!

Informasi jam buka warung, tergantung seadanya di dinding pawon bagian luar.

Suasana di dalam pawon :

Langit-langit berwarna hitam karena asap dari tungku pembakaran

Papan peringatan kewaspadaan yang ditempel di dinding luar pawon, dulunya diperuntukkan bagi pengunjung yang datang siang hari. Sekarang ini, karena bukanya menjelang dinihari dan lokasi parkir sudah ada tukang parkir, papan peringatan ini sudah tidak ada fungsinya.

Sabtu, Januari 31, 2009

Happy Birthday Temans

Lagu ULANG TAHUN dari JAMRUD :

Rabu, Januari 21, 2009

Theme Song Reuni 2009

Ketika teman-teman patbhe-1979ers nyanyi bersama di sebuah Karaoke House di kawasan ring road utara (tanggal 5 Desember 2008), salah satu yang dilantunkan bareng-bareng ketika itu adalah lagu Karena Cinta, yang lagu aslinya dinyanyikan oleh Joy Tobing. Hari Selasa malam 20 Januari 2009, teman-teman patbhe-1979ers (Wahyuni, Iding, Tomeng, Dyah Probo, Toni dan Barjono) juga menyanyikan lagu itu bareng-bareng, memang iramanya enak didengar dan liriknya memberi kesan menyemangati sebuah arti cinta sejati. Cinta yang dimaksud di dalam lirik lagu itu tidak saja antara dua insan berlainan jenis, tapi bisa juga di antara teman/sahabat dekat.

Perhatikan saja lirik lagu tersebut :

hari ini adalah lembaran baru bagiku
ku di sini karena kau yang memilihku
tak pernah ku ragu akan cintamu
inilah diriku dengan melodi untukmu

dan bila aku berdiri
tegar sampai hari ini
bukan karena kuat dan hebatku
semua karena cinta
semua karena cinta
tak mampu diriku dapat berdiri tegak
terima kasih cinta

tak pernah ku ragu akan cintamu
inilah diriku dengan melodi untukmu

dan bila aku berdiri
tegar sampai hari ini
bukan karena kuat dan hebatku
semua karena cinta
semua karena cinta
tak mampu diriku dapat berdiri tegak
terima kasih cinta
terima kasih cinta
terima kasih cinta

Ada ide dari Wahyuni dan teman-teman kemarin malam (20 Januari 2009), untuk menjadikan lagu Karena Cinta dari Joy Tobing sebagai theme song pada Reuni 2009 yang akan datang. Namun semuanya diserahkan kepada semua anggota patbhe-1979ers untuk menentukan apa theme song Reuni 2009.

Dengarkan atau lihat video clip lagu Karena Cinta di bawah ini :





Dowload mp3 lagu Karena Cinta disini.

Minggu, Januari 11, 2009

Apapun Yang Terjadi Patut Disyukuri


(cerita klasik tentang kebijakan dan kesuksesan luar biasa, karya ANDRIE WONGSO)
Alkisah, di sebuah kerajaan, sang raja, memiliki kegemaran ber-buru. Suatu hari, ditemani penasehat dan pengawalnya raja pergi berburu ke hutan. Karena kurang hati-hati, terjadilah kecelakaan, jari kelingking raja terpotong oleh pisau yang sangat tajam. Raja bersedih dan meminta pendapat dari seorang penasihatnya. Sang penasehat mencoba menghibur dengan kata-kata manis, tapi raja tetap sedih.

Karena tidak tahu lagi apa yang mesti diucapkan untuk menghibur raja, akhirnya penasehat itu berkata: 'Baginda, FAN SHI GAN JI, apa pun yang terjadi patut disyukuri '. Mendengar ucapan penasehatnya itu sang raja langsung marah besar.
'Kurang ajar! Kena musibah bukan dihibur tapi malah disuruh bersyukur...!' Lalu raja memerintahkan pengawalnya untuk menghukum penasehat tadi dengan hukuman tiga tahun penjara.

Hari terus berganti. Hilangnya jari kelingking ternyata tidak membuat raja menghentikannya berburu. Suatu hari, raja bersama penasehatnya yang baru dan rombongan, berburu ke hutan yang jauh dari istana. Tidak terduga, saat berada di tengah hutan, raja dan penasehatnya tersesat dan terpisah dari rombongan. Tiba-tiba, mereka dihadang oleh orang-orang suku primitif. Keduanya lalu ditangkap dan diarak untuk dijadikan korban persembahan kepada para dewa. Sebelum dijadikan persembahan kepada para dewa, raja dan penasehatnya dimandikan. Saat giliran raja yang dimandikan, ketahuan kalau salah satu jari kelingkingnya terpotong, yang diartikan sebagai tubuh yang cacat sehingga dianggap tidak layak untuk dijadikan persembahan kepada para dewa.

Akhirnya, raja ditendang dan dibebaskan begitu saja oleh orang-orang primitif itu. Dan penasehat barulah yang dijadikan persembahan kepada para dewa. Dengan susah payah akhirnya raja berhasil keluar dari hutan dan kembali keistana. Setibanya di istana, raja langsung memerintahkan supaya penasehat yang dulu dijatuhinya hukuman penjara segera dibebaskan. "Penasehatku, aku berterimakasih kepadamu. Nasehatmu ternyata benar, apa pun yang terjadi kita patut bersyukur. Karena jari kelingkingku yang terpotong waktu itu, hari ini aku bisa pulang dengan selamat."

Kemudian, raja menceritakan kisah perburuannya waktu itu secara lengkap. Setelah mendengar cerita sang raja, buru-buru si penasehat berlutut sambil berkata: 'Terima kasih baginda. Saya juga bersyukur baginda telah memenjarakan saya waktu itu. Karena jika tidak, mungkin sekarang ini, sayalah yang menjadi korban dipersembahkan kepada dewa oleh orang-orang primitif.'

Cerita di atas mengajarkan suatu nilai yang sangat mendasar, yaitu FAN SHI GAN JI apa pun yang terjadi, selalu bersyukur, saat kita dalam kondisi maju dan sukses, kita patut bersyukur, saat musibah datang pun kita tetap bersyukur. Dalam proses kehidupan ini, memang tidak selalu bisa berjalan mulus seperti yang kita harapkan.

Kadang kita di hadapkan pada kenyataan hidup berupa kekhilafan, kegagalan, penipuan, fitnahan, penyakit, musibah, kebakaran, bencana alam, dan lain sebagainya.

Manusia dengan segala kemajuan berpikir, teknologi, dan kemampuan antisipasinya, senantiasa berusaha mengantisipasi adanya potensi-potensi kegagalan, bahaya, atau musibah. Namun kenyataannya, tidak semua aspek bisa kita kuasai. Ada wilayah 'X' yang keberadaan dan keberlangsungannya sama sekali di luar kendali manusia.

Inilah wilayah Tuhan Yang Maha kuasa dengan segala misterinya. Sebagai makhluk berakal budi, wajar kita berusaha menghindarkan segala bentuk marabahaya. Tetapi jika marabahaya datang dan kita lagi mampu untuk mengubahnya, maka kita harus belajar dengan rasa syukur dan jiwa yang besar untuk menerimanya.

Dengan demikian beban penderitaan mental akan jauh terasa lebih ringan, kalau tidak, kita akan mengalami penderitaan mental yang berkepanjangan. Sungguh, bisa bersyukur dalam keadaan apapun merupakan kekayaan jiwa. Maka saya sangat setuju sekali dengan kata bijak yang mengatakan :

KEBAHAGIAAN DAN KEKAYAAN SEJATI ADA DI RASA BERSYUKUR. . . .

Minggu, Januari 04, 2009

Sahabat

Periksalah kembali persahabatan yang pernah anda rajut. Apakah masih terbentang di sana ? Atau anda telah melupakannya sebelum ini. Bekerja keras dan meniti jalan karier bukan berarti melepaskan anda dari persahabatan. Beberapa orang mengatakan bahwa menjadi pemimpin itu sama saja dengan berteman sepi; mengerjakan apapun selalu sendiri. Memang pohon yang menjulang tinggi berdiri sendiri. Perdu yang rendah tumbuh bersemak-semak. Demikiankah hidup yang ingin anda jalani ? Bukan !! Jangan kacaukan karier dengan kehidupan yang semestinya. Persahabatan merupakan bagian dari hidup anda. Binalah persahabatan. Anda akan merasakan betapa kayanya hidup anda. Berbagi kesedihan kepada sahabat, akan mengurangi kesedihan. Berbagi kebahagiaan kepada sahabat akan memperkokoh kebahagiaan.

Orang bijak bilang bahwa sahabat adalah satu jiwa dalam tubuh yang berbeda. Dan sahabat terdekat anda adalah keluarga anda. Barangkali itulah mengapa bersahabat meringankan beban anda, karena di dalam persahabatan tidak ada perhitungan. Di sana anda belajar menghindari hal-hal yang tidak anda setujui, dan senantiasa mencari hal-hal yang anda sepakati. Itu juga mengapa persahabatan adalah kekuatan. Sebagaimana kata pepatah, hidup tanpa teman, matipun sendiri.

Berkata Ali bin Abu Thalib dalam sebuah atsarnya : "Manusia yang paling lemah adalah orang yang tidak mampu mencari teman. Namun yang lebih lemah dari itu adalah orang yang banyak mendapatkan teman tetapi menyia-nyiakannya."