Terima kasih kepada teman-teman yang telah berpartisipasi atas terselenggaranya Reuni Patbhe-1979 tahun 2009, terima kasih pula kepada teman-teman yang belum berkesempatan datang atas do'a kalian sehingga acara dapat berjalan dengan lancarBlog ini dimaksudkan sebagai sarana untuk "ngumpulne balung pisah" diantara alumni SMA 4Bhe Yogyakarta yang masuk tahun 1976 dan atau yang lulus tahun 1979

Jumat, Februari 27, 2009

Untuk Bapak Mawardi Rahimin


Engkau sosok yang tegar
Setegar gunung yang di terpa angin
Sebilah pedang samurai yang tertancap di medan perang
Belum dapat menandingi katabahan diri

Engkau adalah guruku
Idola yang memberikan arti di kehidupanku
Menambah semangat juangku
Mengajari aku agar lebih tahu sesuatu
Membimbingku agar dapat meraih impianku

Sekarang...
Di hari tuamu engkau hanya duduk
Duduk menunggu murid-muridmu menjengukmu
Murid-murid yang dulu engkau tuntun
Masihkah mereka mengingat dirimu...

Engkau sekarang masih seperti dulu
Tabah manghadapi kehidupan dirimu
Walau engkau tidak seprofesi dulu...
Engkau tetap guru-ku...
Murid-muridmu merindukanmu...
Dan mendoakanmu selalu....
Masih ingatkah kita dengan Bapak Drs.Mawardi Rahimin...? Sosok kepala sekolah yang mendidik kita dengan disiplin yang tinggi, tegas, bijaksana, santun dan sabar menasehati walaupun se-"ndhugal" apapun anak didiknya. Beliau sekarang terbaring tak berdaya karena sakit (stroke ...??). Di sinilah naluri kepedulian dan kesalehan sosial kita diuji lagi oleh Allah SWT. Beberapa waktu yang lalu kita sudah cukup berhasil melewati ujian kesetiakawanan/persahabatan kita dalam menyikapi ujian yang menimpa istri salah seorang teman kita.

Bagaimana kita harus berbuat untuk guru-guru kita yang saat ini terbaring sakit, atau dalam kondisi ketidakmampuan yang lain...? Berkat didikan guru-guru kita dan atas ridho Allah SWT-lah kita bisa menjadi sosok seperti sekarang ini,... ada yang menjadi dokter, pejabat, pengusaha dan sebagainya. Barangkali, ...kalau nanti di akherat, kita akan ditanya oleh Allah SWT : "Ada di mana kamu ketika guru-guru kamu terbaring tidak berdaya di sepanjang sisa hidupnya karena sakit...??"

"Allahumma rabban naasi adzhibil ba'sa asyfi antasy syaafii laa syifaa'a illaa syifaa'uka syifaa'an laa yughaadiru saqaman. Imsahil ba'sa rabban naasi biyadikasy syifaa'u, laa aasyifa lahu illaa anta, as'alullaahal 'azhiima, rabbal ' arsyil 'azhiimi an-yasfiyaka."

Artinya : Ya Allah Tuhan segala manusia, jauhkanlah kesukaran / penyakit itu dan sembuhkanlah ia, Engkaulah yang menyembuhkan,tak ada obat selain obat-Mu, obat yang tidak meninggalkan sakit lagi. Hilangkan lah penyakit itu, wahai Tuhan pengurus manusia. Hanya pada-Mu-lah obat itu. Tak ada yang dapat menghilangkan penyakit selain Engkau, aku mohon kepada Allah yang Maha Agung, Tuhannya 'Arasy Yang Agung, semoga Dia menyembuhkan anda. (HR. Bukhari dan Muslim)

Teman-teman...!!!, mari kita segera berbuat, sebelum terlambat..!!!

Bravo Patbhe-1979

Minggu, Februari 22, 2009

Nostalgia : menelusuri bekas sekolah kita

Tidak terasa sudah hampir 30 tahun kita meninggalkan SMA 4 Bhe Yogyakarta, yang dulu terletak di Jl.Yos Sudarso No.7, waktu itu kampusnya masih jadi satu dengan SMA 3 Bhe Yogyakarta. Bagi teman-teman yang sejak lulus SMA sampai sekarang masih berdomisili di Yogyakarta dan sekitarnya, atau yang anaknya sekolah di SMA 3 Bhe, barangkali sosok bangunan berarsitektur jadul itu sudah terlalu biasa untuk dilihat-lihat. Tapi bagi yang berdomisili jauh di luar kota dan jarang pulang ke Yogyakarta, ada kesan tersendiri ketika menatap bangunan bekas sekolahnya dulu. Selama 3 tahun kita menempati gedung yang sama dengan SMA 3Bhe di Jl.Yos Sudarso No.7, dan kurang lebih 6 bulan di gedung baru Jl.Magelang, Karangwaru. Kesan yang mendalam tentunya ketika di kampus lama, walaupun masuk sekolah siang dan harus bergantian ruangan dengan SMA 3 Bhe. Sedangkan di kampus baru, waktu itu kondisinya masih ½ jadi dan hanya dipakai untuk pendalaman materi pelajaran guna mengisi kekosongan waktu ketika ada pengunduran tahun ajaran baru selama 6 bulan.

Mari kita menelusuri relung-relung bekas sekolah kita di kampus lama.


Gambar 1 : ini adalah tampak muka gedung sekolah kampus lama (Jl.Yos Sudarso No.7) dan kampus baru (Jl.Magelang, Karangwaru). Tidak ada perubahan sama sekali pada bangunan induk kampus lama, hanya pagar depan saja yang sekarang sudah diganti dengan board name SMA Negeri 3 Yogyakarta.

Gambar 2 : pintu masuk menuju aula serbaguna, difoto dari arah barat. Di sebelah barat aula ini terletak kelas IA, IB dan IC, sedangkan disebelah timur terletak kelas ID dan IE. Setelah penjurusan pada akhir Semester I, kelas IA dan IB untuk IPS, sedangkan kelas IC, ID dan IE untuk jurusan IPA.

Gambar 3 : aula serbaguna, 2 set kursi tamu berwarna putih itu masih seperti yang dulu, tidak berubah sama sekali (mungkin hanya digonta-ganti kulitnya saja ya…!!). Deretan rak-rak berisi piala juga masih seperti dulu. Waktu itu aula ini dipakai untuk acara-acara tertentu seperti peringatan hari Kartini dan hari-hari besar nasional lainnya, terakhir kali semasa kita dipakai acara WISUDA PURNA SISWA untuk siswa-siswi yang lulus dari Kelas III. Ketika itu sebagai Juara I IPA adalah Edi Susilo, sedangkan Juara I IPS dipegang oleh Rio Kustianto (wahhh…, selamat yo..…!!, sekarang mereka sama-sama sukses di bidang masing-masing !!, ehh….ehh…. kalau Bu Lurah dan Pak Lurah entuk ranking piro yo, lali aku….!!!, ra penting ranking piro sing penting saiki happy…!!!).

Gambar 4 : halaman upacara, di sini tempat upacara yang dulu diselenggarakan tiap hari Senin. Upacara biasanya dipimpin oleh Kepala Sekolah, Bapak Drs.Mawardi Rahimin, sedangkan petugas upacara (komandan, pembawa acara, pengerek bendera, pembaca teks Panca Sila) gonta-ganti antar kelas. Hal yang menjadi ciri khas dalam setiap upacara adalah suara pembawa acara ketika membacakan acara terakhir yaitu : “PENGUMUNAN-PENGUMUMAN DARI BAPAK MASHADI”, yang diucapkan menjelang upacara berakhir. (teman-teman,….masih ingat nggak ??!!).

Gambar 5 : halaman sekolah, sekarang sudah tertata apik, rindang dan sudah di-paving lagi, ada taman-taman dengan gemericik air mancur. Di tempat ini pula, dulu menjadi semacam killing field bagi siswa pria yang bajunya tidak dimasukkan dan ketahuan sama Kepala Sekolah sehingga terpaksa “ditangkap” dan dinasehati perihal aturan sekolah itu (sssst...., buka rahasia nich..!!, Basuki dan Pak Lurah termasuk yang sudah pernah “ditangkap” lho..!!, bolak-balik lagi..!!).

Gambar 6 : laboratorium fisika, deretan meja-meja hexagonal masih seperti dulu. Gedung laboratorium fisika ini terletak di sisi timur halaman sekolah, laboratorium biologi terletak di sisi sebelah barat, sedangkan laboratorium kimia ada di gedung/bangunan lama di bagian timur (dekat kelas III E).

Gambar 7 : sasana olah raga, praktek mata pelajaran olah raga yang sifatnya bisa dilakukan secara indoor diberikan di sini. Jeruji-jeruji kayu di sisi kiri dan kanan masih seperti dulu, di belakang tampak 3 set box bertumpuk dan matras dari sabut kelapa (babut). Bagi teman-teman wanita yang dulu suka memakai pakaian olah raga ekstra ketat (terutama celana) pasti punya cerita lucu ketika Pak Sunarto atau Pak Mashadi menyuruh semua siswa-siswi berjumpalitan di matras, melompati box bertumpuk yang disusun semakin tinggi, atau bergelantungan di jeruji kayu.


Gambar 8 : lapangan olahraga outdoor, terletak di sebelah barat sekolah. Di sini dulu tempat praktek olahraga lompat jauh, lempar lembing/martil, sepakbola, volley ball dan softball (yang ini jagonya Abdulrahman dan Osso’ bro…!!), termasuk untuk event-event seperti class meeting juga dilakukan di sini.


Gambar 9 : tempat parkir sepeda motor. Dulu ada 2 tempat parkir, yaitu di bagian barat (tepatnya sebelah barat kantor TU) dan di bagian timur (berseberangan dengan gedung Telkom). Motor-motor legendaris yang sudah pernah diparkir di sini diantaranya Kawasaki trail warna kuning punya Steve Ary dan Yamaha bebek warna merah (breakless motorcycle) punya Dyah (he..he.he.., sekarang masih ada nggak ya bangkainya ??).

Itulah teman-teman, sekilas mengenai bekas sekolah kita, mudah-mudahan tulisan ini bisa menjadi pembangkit ingatan lama dimana pengalaman suka duka ketika SMA dulu merupakan bagian dari sejarah hidup kita.

(Foto-foto dipinjam dari http://sma3jogja.com/)


Kampus lama




Kampus baru



Senin, Februari 16, 2009

Dokumentasi Ulang Tahun FPI (Fita, Pratiwi, Iding)

Tanggal 31 Januari 2009 yang lalu, Fita, Pratiwi dan Iding mengadakan acara bersama dalam rangka mensyukuri nikmat Allah SWT, karena dengan bertambahnya umur (eiiittt..!! jangan lupa..., sekaligus berkurangnya umur 1 tahun juga lho...!!), mereka masih dikaruniai kesehatan, kekuatan dan limpahan nikmat lainnya.

Yang bertindak selaku EO (sEneng repOt) dalam acara ini siapa lagi kalau bukan Wahyuni, Nyai Lurah sekaligus wanita KARIR (KAkehan wiRa wIRi) yang satu ini dikenal entengan tangan ngurusin konco-konco Patbhe-1979.

Hadir dalam acara itu : Fita, Pratiwi, Iding, Wahyuni, Dyah, Tomeng, Rio, Imun, Hendi, Empu, Sri Miyati, Iwan Subroto, Elza "TRENGGINAS" Ismail, Maryanto, Dwi Fatmaningrum dan Lusi.
Selamat untuk FPI, Bravo Patbhe-1979...!!!!!

[1]. Untuk mengetahui judul foto, letakkan kursor di atas foto bersangkutan [2]. Untuk memperlambat, menghentikan atau mempercepat slideshow, klik icon masing-masing bertanda (-),() atau (+) pada bagian kiri bawah slideshow

Sabtu, Februari 14, 2009

Wedang Uwuh

Bermula dari “iming-iming” Iding (dr.Setyo Wandito SpA) di shoutbox kepada Wahyuni dan Tomeng (Sumaryono) untuk nyoba wedang uwuh (selanjutnya disingkat WU saja yach..!!), tim redaksi blog Patbhe-1979 merasa perlu untuk menurunkan tulisan mengenai WU. Soalnya apa ? Kita yakin banyak teman-teman yang sejak selesai kuliah di Yogya terus merantau ke luar, banyak yang belum tahu apa itu WU (he..he..he.., tentunya termasuk Lurahe BLOG). Waktu sekolah dulu memang sama sekali belum nyoba atau bahkan belum dengar yang namanya WU, yang aslinya dari Imogiri, tempat makam raja-raja Mataram Ngayogyokarto Hadiningrat.

Asal-Usul

Wedang berarti minuman, Uwuh berarti sampah….!!. Jadi, kalau diterjemahkan secara letterlijk, berarti minuman sampah. Secara visual mungkin benar karena WU berbahan baku dari bermacam-macam tumbuhan yang dicampur dalam satu seduhan. Secara substansial berbeda dengan makanan yang dikategorikan junk-food (makanan sampah, suatu pengkategorian untuk makanan cepat saji ala Amrik) karena WU ini bisa dikategorikan sebagai minuman yang justru menyehatkan badan, berbeda dengan junk-food.

Konon, WU berasal sejak dari jaman Sultan Agung. Ketika itu, baginda Sultan Agung bersama-sama para punggawanya sedang mencari lokasi makam yang pas untuk keluarga kerajaan. Setelah mencari beberapa alternatif, terpilihlah Bukit Merak di Imogiri sebagai lokasi makam. Penetapan lokasi ini dilakukan setelah Sultan Agung melakukan semacam khalwat (nenepi) dalam waktu cukup lama, untuk mohon petunjuk kepada Yang Maha Kuasa. Pada suatu hari Sultan Agung memerintahkan seorang abdi dalem untuk membuatkan minuman yang dapat menghangatkan badannya dari terpaan hawa dingin Bukit Merak. Abdi dalem tersebut akhirnya membuat minuman berbahan dasar tumbuhan secang (wedang secang) dan menyajikannya dalam sebuah gelas, serta meletakkannya di sebuah meja kecil. Sementara itu, Sultan Agung masih terus melakukan khalwat-nya di bawah pepohonan. Karena terpaan angin di Bukit Merak yang kencang malam itu, beberapa ranting dan daun dari bermacam-macam pepohonan di situ secara kebetulan jatuh ke dalam gelas. Beberapa saat kemudian, Sultan Agung mendatangi gelas yang berisi wedang secang. Karena malam itu sangat gelap gulita, beliau tidak menyadari kalau gelas wedang secang sudah tercampur dengan daun dan ranting yang berguguran diterpa angin malam….. akhirnya beliau meminumnya. Pagi harinya, Sultan Agung memanggil abdi dalemnya dan mengatakan bahwa wedang secangnya jauh lebih enak, lebih menghangatkan badan dan berkhasiat dibandingkan wedang secang yang biasanya dibuat. Abdi dalem akhirnya mengetahui, tumbuhan apa saja yang telah masuk ke dalam gelas sehingga membuat minumannya lebih enak dan berkhasiat.

Barangkali dari peristiwa itulah asal mulanya konsep minuman yang berasal dari bermacam-macam tumbuhan yang mengilhami istilah WU.

Campuran dan Khasiat
Minuman khas Imogiri ini memang tidak ada duanya, di daerah lain barangkali tidak akan menemukannya. Soalnya minuman ini terdiri dari campuran rempah-rempah dalam satu ramuannya : daun pala, daun kayu manis, daun cengkeh, batang cengkeh, jahe, secang dan gula batu. Berbagai macam rempah-rempah itu kemudian diseduh dengan air panas dan disajikan dalam porsi satu gelas. Karena penyajiannya itulah maka minuman ini dinamakan WU. Resep yang dibuat turun temurun ini dahulu dinamakan wedang jahe cengkeh.

Khasiat minuman ini diantaranya : menyembuhkan batuk ringan, pegal-pegal, perut kembung dan masuk angin. Mengenai rasanya, hampir mirip sekoteng namun aroma rempah-rempahnya lebih terasa. Tampilan WU ini cukup menarik, berwarna merah muda alami yang didapat dari seduhan tumbuhan secang.

WU banyak dijual di warung-warung sepanjang jalan menuju makam raja-raja di Imogiri (ada sekitar 20 warung). Harga per porsi jika diminum di tempat sekitar Rp. 1500 , kalau dalam kemasan dijual seharga Rp. 1000 (seribu perak saja !!). Kalau ingin membeli dalam kemasan dan menyeduh sendiri, semua bahan (kecuali gula batu tentunya), harus dicuci lebih dahulu. Setelah diseduh dengan air panas, diaduk pelan-pelan saja supaya gula batu tidak mencair sekaligus sehingga bisa diseduh/ditambah air panas sampai tiga kali. Waktu paling tepat menikmati WU adalah ketika cuaca dingin, misalnya malam atau pagi hari.

Letak Imogiri beserta warung-warung yang menjual WU dan makam raja-raja Mataram Ngayogyokarto Hadiningrat dalam Wikimapia dapat dilihat disini.

Kalau mau pesan WU dalam kemasan, bisa menghubungi : (sorry…, ini
bukan iklan lho..!!)

Ibu Puji Lestari/Bambang Sugiharyono
Alamat : Pajimatan, Girirejo, Imogiri, Bantul, Yogyakarta 55782
No HP : 0274-9290850/0813-28014763

Mbak Purwanti
No. HP : 0878-38268542

Mbah Sudi
No. HP : 0818-02705771

Ramuan WU dalam kemasan

Memasukkan ramuan WU dalam kemasan

Kamis, Februari 05, 2009

Gudeg Pawon


Gudeg….??? Ya, itulah salah satu ciri khas kuliner kota Yogya yang paling tua. Banyak warung gudeg bertebaran di seantero kota Yogya dan sekitarnya, dimulai dari Yogya sebelah utara di dekat kampus UGM (gudeg “Yu Djum”, Bu Ahmad dll) sampai ke selatan, yang tersohor adalah gudeg Wijilan di sebelatan plengkung Wijilan (Jl.Wijilan). Di jantung kota, seperti dekat pasar Kranggan ada gudeg Juminten yang cukup tua usianya. Lalu ke arah Solo dekat bandara Adisucipto ada gudeg Bu Tjitro yang penyajiannya lebih “elit”. Rata-rata warung gudheg menyajikan konsep penjualan yang tidak jauh beda dengan jenis makanan lain, yaitu dimakan di tempat atau dibungkus di bawa pulang. Tempat usahapun sama, berbentuk warung/rumah makan dengan meja kursi ataupun lesehan, baik indoor atau outdoor (di trotoar jalan).

Lantas, apa keunikan Gudeg Pawon ? Apa bedanya dengan yang lain ?
Di dalam ilmu marketing, ada istilah diferensiasi, baik diferensiasi produk, pelayanan penjualan dan lain-lain. Gudeg Pawon memilih diferensiasi pelayanan penjualan sebagai ciri khasnya.

Pertama, ini ciri yang paling utama sesuai dengan namanya “Gudeg Pawon”, sambil duduk di kursi plastik/lincak bambu seadanya maupun berdiri, pengunjung dapat menyantap hidangan di dalam dapur (jawa=”pawon”) sekaligus melihat-lihat aktivitas mbah-mbah melayani pengunjung atau memasak dengan tungku berbahan bakar kayu. Kalau pengunjung merasa pengap dengan asap tungku, bisa keluar dan duduk di kursi yang disediakan. Kebersihan “pawon”-pun cukup terjaga dengan baik, untuk ukuran dapur masak di kampung masih cukup rapi walaupun dinding dapur berwarna agak kusam akibat asap tungku. Nuansa “pawon” jadi begitu semakin terasa ketika kita menengadah ke atap tanpa langit-langit/plafon, jelaga asap tungku berwarna hitam menempel pada kuda-kuda plafon. Tungku memasak maupun “dandang” dan kukusannyapun bergaya klasik tempoe doeloe. Barangkali karena bukanya malam hari dan pencahayaan di dalam pawon hanya secukupnya saja, kesan pawon yang kusam bisa dikurangi.

Ada cerita unik mengapa dinamakan “Gudeg Pawon”. Konon penjual gudeg sejak tahun 1958 ini dulunya adalah penjual gudeg keliling. Karena rasanya yang sangat lezat, para pembeli tidak sabar menanti lewatnya penjual gudeg keliling ini, sehingga akhirnya mereka langsung mendatangi dapur tempat pembuatannya untuk membeli gudeg secara langsung. Kebiasaan itulah yang akhirnya mengilhami nama “Gudeg pawon” sampai sekarang.

Kedua, Gudeg Pawon merupakan salah satu kuliner dini hari karena buka mulai jam 23.30 sampai jam 05.00 pagi. Tetapi seringkali jam 01.00 pilihan menunya sudah tidak komplit lagi (kadang-kadang daging ayam atau sambal goreng krecek sudah habis, tinggal telur ayam saja).

Ketiga, lokasi, posisi warung Gudeg Pawon boleh dibilang masuk gang kecil, kira-kira masuk sejauh 20 meter dari jalan kampung (Jl.Janturan), secara umum mudah terjangkau walaupun agak tersembunyi. Tidak ada satupun papan nama di pinggir jalan kampung, satu-satunya tanda adalah deretan kendaraan roda 4 dan roda 2 yang diparkir di pinggir jalan kampung (Jl.Janturan). Ancar-ancarnya, dari Jl. Kusumanegara pada pertigaan di depan Toserba Pamela belok ke selatan (Jl.Janturan), setelah melewati kampus Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY, Kampus 3) dan sebelum Universitas Ahmad Dahlan (UAD), maka anda akan menemukan sebuah gang kecil yang di depannya banyak diparkir kendaraan.
Untuk teman-teman patbhe-1979 dan keluarga, kalau mau mencoba Gudeg Pawon bisa kontak dulu ke Wahyuni, kebetulan lokasinya dekat rumahnya,...dan dengan senang hati dia mau koq jadi guide....he..he..he...!!
Harganya ……??? Woooow lumayan murah, silahkan dicoba sendiri…, Rp 50ribuan untuk empat orang masih ada uang kembaliannya koq !!

Warga patbhe-1979 (Wahyuni, Barjono, Toni Rifiyanto dan Dyah) sekitar awal Desember 2008 yang lalu sempat mampir ke Gudeg Pawon. Komentarnya…??? mak nyuusss tenan……!!!!. Karena keunikan dan cita rasanya yang khas, tidak heran kalau Pak Bondan Winarno juga pernah ke sini.

Peta lokasi menuju Gudeg Pawon (kalau mau lihat yang lebih jelas, bisa lihat dengan foto satelit dari Google Map, klik disini , posisi Gudeg Pawon di tengah-tengah bidang foto satelit dengan tanda [+]).


Pintu masuk menuju pawon (dapur) terlihat dari luar

Kalau mau makan, antri dulu.....!!!

Informasi jam buka warung, tergantung seadanya di dinding pawon bagian luar.

Suasana di dalam pawon :

Langit-langit berwarna hitam karena asap dari tungku pembakaran

Papan peringatan kewaspadaan yang ditempel di dinding luar pawon, dulunya diperuntukkan bagi pengunjung yang datang siang hari. Sekarang ini, karena bukanya menjelang dinihari dan lokasi parkir sudah ada tukang parkir, papan peringatan ini sudah tidak ada fungsinya.